Untuk apakah tujuan kita sekolah ?
Pastinya setiap orang memiliki pemikiran dan jawaban yang berbeda-beda, namun pada dasarnya kita bersekolah untuk menimba ilmu & pengetahuan. Namun ternyata penelitian membuktikan kecerdasan berupa ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan IQ (Intelligence Quotient / Kecerdasan Intelektual) biasa disebut Hard Skill ternyata hanya memberikan sumbangan sekitar 20% saja dalam kesuksesan anak kelak saat dewasa.
Sebuah penelitian di Amerika dan Jepang menyatakan bahwa dari 100% orang sukses, hanya 10-20 persen aja yang berpendidikan tinggi, berijazah lengkap, dan tentunya dengan IQ yang di atas rata-rata, selebihnya, 80-90 persen hanya lulusan SMA, SMP, atau bahkan tidak punya latar belakang pendidikan, kebanyakan dari mereka mengawali karir dari berdagang. Hal ini membuktikan bahwa IQ bukanlah segala-galanya. Dari beberapa penelitian juga dikatakan bahwa justru orang-orang yang ber IQ tinggi malah memiliki kesulitan dalam bergaul, berinteraksi, mengembangkan diri, dan ber-attitute baik.
Lalu apa yang sebenarnya berperan besar dalam menentukan keberhasilan seorang anak saat kelak dewasa? yaitu peranan EQ (Emotional Quotient / Kecerdasan Emosional) dan SQ (Spiritual Quotient / Kecerdasan Spiritual) atau yang biasa dikenal sebagai Soft Skill. Memiliki peran hingga 80% dalam faktor kesuksesan seorang anak saat kelak menjadi dewasa.
Hard skill adalah sebuah kemampuan yang bersifat lebih kepada teknis pekerjaan seperti kemampuan menguasai bahasa asing, teknologi, dan kemampuan akademis. Sedangkan Soft Skill adalah sebuah kemampuan yang lebih bersifat pengembangan sikap dan karakter diri seperti kemampuan berkomunikasi yang baik, mampu bekerja dalam tim, dan kemampuan dalam manajemen waktu dengan baik.
Kabar baiknya..... Lab School Duta Bakti hadir untuk memfasilitasi dan memberikan bimbingan serta pendidikan berupa Hard Skill dan Soft Skill pada anak. Jadi selamat ya bagi para orang tua yang telah menyekolahkan putra putri tercintanya di Duta Bakti ! :D
Lab School Duta Bakti menggunakan metode pembelajaran BCCT dan Regio Emilia yang disesuaikan dengan kearifan lokal. Pembelajaran akan berpusat pada anak sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak serta dengan metode yang menyenangkan sesuai apa yang disukai dan dipilih oleh anak. (Jadi berasa belajar di sekolah Internasional dengan budaya lokal ya...:D)
- Pendekatan belajar BCCT (Beyond Centers and Circles Time)
Yaitu metode pembelajaran yang berpusat pada anak dimana dalam proses pembelajaran mereka adalah dengan bermain secara terarah dalam zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat bermain yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam 3 jenis permainan yaitu : Main sensorimotor / fungsional, Main Peran & Main pembangunan, dimana pendidik (Guru) duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.
Sehingga belajar tidak lagi seperti cara lama yang mengikuti perintah, meniru & menghafal. BCCT adalah konsep belajar dimana guru-guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
- Pendekatan belajar Regio Emilia
Adalah sebuah metode pembelajaran yang dikembangkan untuk pengasuhan dan program pendidikan melayani anak yang dirancang untuk usia sejak lahir sampai enam tahun dengan model pembelajaran yang menjadikan metode proyek sebagai metode utama dalam pembelajaran.
Selain metode proyek, pada pendekatan Reggio Emillia belajar juga dipandang sebagai sebuah perjalanan dan pendidikan sebagai usaha membangun hubungan dengan orang-orang serta menciptakan hubungan antara ide-ide dan lingkungan. Metode proyek adalah suatu proses pendidikan yang menarik yaitu murid memecahkan masalah penting berupa pekerjaan besar secara bersama-sama dalam satu tim dan dilakukan dalam jangka waktu tertentu.
Region Emillia merupakan sebuah pendekatan yang berlandaskan pada teori-teori perkembangan dan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan konstruktivis pada anak. Pendekatan ini juga menggunakan prinsip pembelajaran DAP ( Developmentally Approprite Practice ) dimana pendekatan ini menekankan pada minat, kemampuan dan kebutuhan anak.
Aktivitas proyek yang dapat dilakukan anak, antara lain :
- Ide dapat muncul dari anak-anak itu sendiri
- Ide dapat diprovokasi oleh guru
- Guru mengenalkan apa yang menarik untuk dibahas
- Mengembangkan ide-ide
- Semua aktivitas proyek harus sesuai dengan kenyataan
Guru berperan sebagai fasilitator bagi anak, mendampingi dan berkomunikasi secara positif untuk mendorong rasa keingintahuan anak pada berbagai tema pembelajaran. Anak secara aktif belajar dengan cara yang disukainya. Anak bisa belajar dengan gembira sehingga akan merangsang kreatifitasnya. Dari proses tersebut anak akan menemukan pemahaman hal baru dengan cara mereka secara menyenangkan sesuai keunikannya masing-masing.
Nilai-nilai lembaga dan nilai hidup yang akan dikembangkan terintegrasi dalam kurikulum, proses, kebijakan dan perilaku sepanjang hari. Keterlibatan keluarga berperan besar dalam proses pembelajaran anak. Anak, orang tua dan pendidik sama-sama belajar untuk mencari hal terbaik guna mencapai perkembangan optimal anak-anak kedepannya. Adapun pembelajaran di Lab School Duta Bakti meliputi beberapa aspek, yakni :